Wednesday, December 26, 2012

Pemerintah khawatir Vietnam kacaukan harga karet

Pemerintah khawatir Vietnam kacaukan harga karet
Foto: Pohon karet. shutterstock
Reporter: Kartika Safitri

Penurunan harga komoditas perkebunan pada tahun ini, menjadi kekhawatiran Indonesia. Petani pun merasa tidak bergairah karena harga sempat terjun bebas di kisaran Rp 24.000 per kilogram, turun Rp 10.000 dibanding harga rata-rata tahun lalu.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menyatakan yang membuat pemerintah kesulitan mengatasi penurunan harga adalah sikap Vietnam yang enggan bergabung dalam Forum Tripartit Produsen Karet ASEAN (ITRC). Padahal, jika negara itu bersedia berunding, kebijakan penurunan ekspor bisa mulus dilaksanakan untuk mengurangi pasokan karet di dunia.

"Fluktuasi harga karet ini luar biasa, kita harus mengatur suplai. Kita sangat kepengen Vietnam masuk dalam ITRC. Tapi Vietnam agak sedikit cerdas atau nakal, tidak mau masuk," ungkapnya dalam diskusi Refleksi Pertanian di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (26/12).

Vietnam kini sudah menjadi produsen karet terbesar ketiga dunia. Sementara ITRC terdiri atas Malaysia, Indonesia, dan produsen terbesar sejagat, Thailand.

Akibatnya, ada peluang harga karet bakal tidak stabil tahun depan bila Vietnam masih juga enggan bergabung dengan ITRC. Menurut Rusman hal itu bisa terjadi karena bekas negara komunis itu bisa saja nekat memasok karet ketika tiga negara ITRC mengurangi ekspor.

"Nanti ketika kuota kita turunkan, market yang kosong diisi oleh Vietnam, suplai akhirnya tidak berkurang dan harga bisa turun kembali," cetusnya.

Agar posisi menguntungkan Indonesia, Rusman mengaku bakal mengupayakan agar isu karet menjadi agenda ASEAN. Selama ini belum ada lobi politik terhadap komoditas tersebut. "Memang (ITRC) kurang kompak, makanya kita ingin (mengurangi ekspor karet) menjadi isu ASEAN," paparnya.

No comments:

Post a Comment