Friday, December 14, 2012

Malaysia desak peghina Habibie minta maaf

Malaysia desak peghina Habibie minta maaf
Foto: BJ. Habibie
Reporter: Deddy Santosa

Pemerintah Malaysia, melalui Menteri Besar Tan Abdul Khalid Ibrahim mendesak mantan menteri penerangan Tan Sri Zainuddin Mydin untuk meminta maaf kepada Indonesia atas perkataannya menghina mantan presiden B.J Habibie.

"Kenyataan demikian boleh menjejaskan (menegaskan) ikatan dua hal yang kuat antara Malaysia dengan Indonesia dan rakyat kedua negara. Kita mau menegaskan bahwa penulisan Zainuddin tidak mewakili pendirian rakyat Malaysia," katanya dalam pernyataan resmi yang diterima, Sabtu (15/12). Demikian dilansir dari Antara.

Kerajaan Selangor mendesak media Utusan Malaysia dan Zainuddin untuk segera meminta maaf kepada Habibie dan seluruh rakyat Indonesia sebelum isu tersebut menjadi lebih buruk.

Khalid Ibrahim mengatakan bahwa Kerajaan Selangor kecewa dengan artikel yang diterbitkan oleh Utusan Malaysia terkait penghinaan terhadap Habibie.

Menurutnya, Indonesia dan Malaysia merupakan sahabat yang mempunyai ciri sama, termasuk sejarah, budaya dan agama, sehingga seharusnya hubungan keduanya tersebut dihargai oleh rakyat kedua negara.

"Ini adalah salah satu sebab mengapa Selangor mengundang B.J. Habibie untuk berbagi pengalaman dan pemikirannya dalam melaksanakan kerja-kerja reformasi negeri serta memperbaiki proses pendemokrasian," tambahnya.

Pekan lalu, presiden ketiga Indonesia itu berada di Selangor selama dua hari sebagai tamu resmi Kerajaan guna memberikan ucapan selamat kepada sebuah universitas di negara itu.

Namun, kunjungan Habibie tersebut oleh Zainuddin Mydin dianggap sebagai bentuk dukungannya terhadap oposisi Anwar Ibrahim, dengan menyebut mereka sebagai 'Dog of Imperialism'.

"Beliau disingkirkan setelah menjadi Presiden Indonesia hanya selama satu tahun lima bulan kerana bersetuju dengan desakan Barat supaya mengadakan pungutan suara ke atas penduduk Timor Timur dalam Wilayah Indonesia menyebabkan Timor Timur terkeluar daripada Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 30 Ogos (Agustus,red) 1999. Beliau mengakhiri jawatan dalam kehinaan setelah menjadi presiden sejak 20 Oktober 1999. Beliau juga telah menyebabkan berlakunya perpecahan rakyat Indonesia kepada 48 parti politik yang mengakibatkan keadaan politik negara itu dalam porak-peranda hingga kini," demikian bagian tulisan Zainuddin di media Utusan Malaysia.

Artikel tersebut mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk DPR yang melayangkan protes keras terhadap PM Malaysia Mohammad Najib Tun Razak.

No comments:

Post a Comment